Hari ini, ntah sudah berapa lama kita berpisah.
Jikalau dihitung, sudah berlangsung kira-kira 5 tahun.
Tapi kita sempat bertemu sesekali. Itupun kita hanya bertemu tanpa ada
obrolan antara kita berdua.
Kenapa aku membuat surat ini untukmu. Mungkin dibenakmu terpikir hal
itu.
Aku…
Aku sudah hampir putus asa.
Aku bahkan hampir gila sekarang. Tapi aku tetap berusaha untuk tetap
terlihat seperti biasanya.
Aku ingin sekali menanyakan kabarmu. Tapi aku tak ingin hal sebaliknya
ditujukan untukku.
Maaf, aku masih seperti dulu.
Aku merindukanmu. Sangat.
Bodoh. Kamu boleh menyebutku seperti itu. Aku bahkan lebih bodoh dari
yang kamu kira sekarang.
Aku ingin melihat wajahmu lagi.
Walaupun tetap aku takkan berucap apa-apa di depanmu.
Tapi sungguh aku sangat ingin melihatmu. Lagi.
Alasan yang menjadi penghalangku untuk tidak menghubungimu atau
mencarimu adalah keputusanku untuk berpisah denganmu. Aku yang memintamu untuk
pergi. Aku yang memintamu untuk tidak menghubungiku atau menemuiku lagi. Aku.
Semua aku yang memutuskan.
Sekali lagi maaf, mungkin surat ini mengganggumu.
Aktivitasmu mungkin kini padat dan kamu sibuk dengan rutinitasmu. Kamu
mungkin sudah memiliki kehidupan yang lebih baik. Dan tentunya memiliki
orang-orang yang selalu membahagiakanmu.
Aku mungkin hanya kisah kelam dan selembar cerita masa lalu yang sudah
jauh kamu tinggalkan. Maaf kan aku mengungkit masa lalumu. Aku rasa kita sudah
saling meminta maaf waktu itu. Dan kita
pun sudah sama-sama saling memaafkan bukan? Aku terlmbat menyadari semuanya.
Aku terlalu egois pada dirimu, orang-orang di sekitarku, bahkan pada
kehidupanku sendiri. Aku memutuskan jalan hidupku berakhir seperti ini. Aku,
yang awalnya hanya menjauhimu. Perlahan-lahan menjauhi orang-orang yang
berhubungan denganmu. Aku kehilangan banyak part
dalam hidupku. Mungkin banyak kejadian yang orang lain sudah rasakan tapi
sampai sekarang aku masih belum mengalaminya.
Kamu tentu dalam kondisi baik-baik saja kan sekarang. Karena aku
selalu berharap begitu. Jangan melukai dirimu. Kamu orang yang aku asuransikan
jiwanya dengan jiwaku. Ingat?
Dalam surat ini aku hanya ingin menyampaikan kalimat yang belum sempat
tersampaikan padamu. Baik itu saat kita masih bersama ataupun setelah kita
berpisah.
Aku mencintaimu.
Aku baru menyadari itu saat kau mencium bibirku di depan rumahku dan
aku menggenggam tanganmu saat kau pergi meninggalkanku. Aku merasa seperti akan
kehilanganmu saat itu. Dan rasa yang hadir setelahnya adalah rasa bahagia dan
juga sakit secara bersamaan. Bahagia karena aku akhirnya mulai sepenuh hati
padamu, tetapi disaat bersamaan terasa sakit karena tahu aku takkkan pernah
sesuai untukmu. Aku sudah mengambil keputusan untuk akhir cerita kita dari
awal. Karena itu tidak akan mungkin bisa dijalani.
Aku mencintaimu dengan cara yang berbeda.
~Ini bukan story. Tapi ini diary.